Awan kelabu menghiasi siang ini. Nampaknya, langit memiliki perasaan yang sama dengan seorang gadis yang kini sedang duduk di kursi tamu undangan sembari menatap lurus ke arah sepasang pengantin. Ia, Deepna Danadyaksa.
Orang bilang ada yang patah, tetapi bukan ranting. Dan ada yang redup, tetapi itu bukan lampu. Pepatah tersebut seperti menggambarkan Deepna yang kini hanya bisa melihat orang yang dia sukai 7 tahun lamanya bersanding dengan wanita pilihannya. Dan wanita tersebut tentu saja bukan Deepna.
Deepna duduk pada salah satu kursi tamu sembari meminum soda yang telah disediakan. Ia terus memandang pada sepasang pengantin yang nampak begitu bahagia. Namun, fokusnya teralihkan saat ada seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahnya.
“Hai?” sapa orang tersebut.
“Oh? Hai,” jawab Deepna canggung.
“Sendirian?” tanya orang itu.
“Iya,” jawab Deepna singkat.
Sang lawan bicara hanya bisa mengangguk sembari meneguk minumannya setelah ia mendengar jawaban singkat dari Deepna.
“Gw liat lo dari tadi fokus ke pengantin laki-lakinya terus, dia mantan lo?” tanya orang tersebut mencoba membuka topik pembicaraan.
“Bukan,” jawab Deepna singkat, lagi.
“Crush lo?” tanya laki-laki tersebut lagi dan lagi.
“Kita bahkan belum saling kenal, untuk sekedar nama aja kita nggak tau satu sama lain. Kenapa lo pingin tau hubungan gw sama dia apa?” jawab Deepna malas.
“Oh kita belum saling kenal, ya? Kalau gitu, kenalin gw Byakta Mahatma,” ujarnya sembari mengulurkan tangan.
Deepna acuh tak acuh dengan perkataan Byakta dan uluran tangannya, dia hanya mengalihkan fokusnya menghindari netra sang lawan bicara sembari meneguk hingga tandas soda yang ia ambil tadi.
“Oke,” ucap Byakta sembari tersenyum miring saat menyadari bahwa dia tidak dipedulikan oleh Deepna.
“Gw udah ngenalin diri, tadi, sekarang giliran lo,” ujar Byakta tak mau menyerah.
“Gw nggak minta lo ngenalin diri,” ucap Deepna datar.
Byakta tersenyum tipis menanggapi perkataan Deepna, “Oke,” ucap Byakta lagi dan lagi.
“Nama lo siapa?” tanya Byakta masih dengan pembahasan yang sama.
Deepna hanya memandang sekitar tanpa tertarik sedikit pun untuk menjawab pertanyaan Byakta.
“Gw cuma pingin tau nama lo, bukan sertifikat rumah lo,” ujar Byakta tak mau menyerah sedikit pun.
Pertanyaan tersebut bagai angin lalu yang tak diindahkan oleh Deepna hingga mampu membuat Byakta setengah pasrah dan berhenti melontarkan pertanyaan yang sama.
“Nama gw, Deepna Danadyaksa,” jawab Deepna cukup lama setelah pertanyaan tersebut dilontarkan.
Byakta yang mendengar ucapan nama yang akhirnya keluar dari mulut Deepna sontak langsung memfokuskan dirinya sepenuhnya kepada sang lawan bicara.
Tak lama setelah menjawab pertanyaan Byakta, Deepna bangun dari duduknya hendak meninggalkan Byakta. Namun, saat kakinya hendak melangkah, tiba-tiba Byakta berucap, “Nice to meet you, Deepna Danadyaksa.”
Ucapan tersebut mampu mengalihkan fokus Deepna hingga netra mereka berdua bertemu.
“Bad to meet you, Byakta Mahatma,” balas Deepna sebelum memutus kontak mata mereka dan melangkah pergi meninggalkan Byakta.
“Deepna Danadyaksa, you will see me again,” ucap Byakta saat punggung Deepna sudah menjauh.
“Lo ngomong sama siapa?” ucap Zigo, teman Byakta yang mengikuti arah pandang Byakta.
“Jodoh gw,” ujar Byakta tersenyum lebar.
“Sinting,” ucap Zigo sembari menatap Byakta sinis.